Selasa, 16 Oktober 2012
Apa yang menarik dari Air-tanah ?
Belum banyak ahli air-tanah di Indonesia. Sesedikit orang yang peduli air-tanah. Padahal air-tanah ada paling dekat dengan kita. Air termasuk air-tanah merupakan hak yang paling hakiki yang paling dibutuhkan manusia, setara dengan udara yang harus selalu kita hirup setiap saat.
Air-tanah sendiri merupakan salah satu sumber air terpenting dalam sejarah peradaban manusia.
Berdasarkan data mutakhir UNEP (United Nations Environment Programme), jumlah total air di bumi adalah 35 juta km3, dengan jumlah air bersih (freshwater resources) hanya sekitar 2,5 % dari total jumlah air. Dari jumlah sumber air bersih yang ada, 30% diantaranya adalah bersumber dari air-tanah. Dan hampir 70% dari air bersih yang ada adalah bersumber dari es dan salju permanen yang menutupi daerah-daerah pegunungan, termasuk wilayah Antartika dan Artik, yang tentu saja tidak bisa langsung dimanfaatkan untuk kepentingan manusia.
Data-data tersebut telah berbicara sesuatu yang jarang diperhatikan sebagian besar manusia, yaitu pentingnya keberadaan air-tanah.
Memang, hidrogeologi; ilmu yang mempelajari air-tanah merupakan ilmu yang bisa terbilang baru, selain tingkat komersil yang cukup rendah, yang tentu saja tidak terlalu menarik minat bagi para penggelut ilmu pengetahuan. Di beberapa text book hidrogeologi disebutkan bahwa hidrogeologi adalah cabang ilmu terbaru dari Geologi. Geologi sendiri merupakan salah satu ilmu tertua di dunia yang mempelajari segala hal tentang Bumi dengan banyak varian cabangnya yang banyak terpakai dalam dunia kebencanaan (geologi) seperti gunung api, gempa bumi, tanah longsor dll, juga banyak dibutuhkan di dunia tambang dan migas.
Di dunia pendidikan, geologi memang sudah cukup dikenal luas. Perguruan tinggi di Indonesia juga semkin banyak yang membuka jurusan (atau bahkan fakultas) geologi, walaupun bisa dikatakan cukup terlambat. Lulusannya pun banyak dibutuhkan dan langsung bisa bekerja di dunia industri komersil seperti migas dan tambang yang tentu saja menjanjikan kemewahan gaji dolar dengan segala fasilitas penunjangnya. Atau yang lebih suka tantangan, dunia kebencanaan geologi seperti gempabumi dan gunungapi juga tidak kalah menarik, termasuk mereka yang tinggal di daerah rawan bencana yang tentu saja harus melek "ilmu tentang bencana".
Lalu dimana "Hidrogeologi", bagaimana dengan dunia per air-tanah an? Alasan-alasan diatas mungkin yang menjadikan dunia air-tanah menjadi dunia yang tidak banyak mau digeluti oleh masyarakat. Sehingga sempat muncul juga pertanyaan (dari saya atau bisa juga dari kebanyakan orang), jangan-jangan orang yang menggeluti air-tanah adalah orang-orang yang tidak "pandai", karena yang pandai-pandai lebih suka pada varian geologi yang lain.
Sebagai peneliti yang sudah bertahun-tahun (?) bergumul dengan dunia air-tanah, saya jelas menolak premis tersebut. Orang-orang air-tanah adalah orang-orang yang bukan hanya pandai, tapi juga loyal dan peduli. Saya bukan menyombongkan diri, tapi saya dan juga teman-teman yang lain, adalah orang yang cinta air. Saya mungkin tidak terlalu mencintai pekerjaan saya, tapi saya mencintai apa yang menjadi objek pekerjaan saya, yaitu air, air tanah. Mungkin sedikit berlebihan (lebay), tapi memang begitu adanya.
Dengan pentingnya air (tanah) bagi kehidupan manusia, saya hanya bisa berharap apa yang sudah dan akan saya kerjakan untuk air-tanah, dapat bermanfaat demi keberlangsungan air -tanah dan masyarakat di Indonesia.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar